Sabtu, 28 November 2015
Filsafat Pendidikan : Idealisme
Unknown
November 28, 2015
PENDAHULUAN
Idealisme adalah salah satu aliran
filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi
adalah ide. Semua bentuk realita adalah manifestasi dalam ide. Karena
pandangannya yang idealis itulah idealisme sering disebut sebagai lawan dari
aliran realisme. Tetapi, aliran ini justru muncul atas feed back realisme yang
menganggap realitas sebagai kebenaran tertinggi.
Secara logika, antara idealisme
dan realisme tidak bisa dipertentangkan. Sebab, pencetus idealisme (Plato)
adalah murid dari pencetus realisme (Socrates). Jika demikian, apakah mungkin
Plato seorang idealis yang juga realis? Dengan pertanyaan lain, apakah Sokrates
yang realis juga seorang idealis? Apa sesungguhnya hakekat ide dan riil atau
materi itu?
Idealisme menganggap, bahwa yang
konkret hanyalah bayang-bayang, yang terdapat dalam akal pikiran manusia. Kaum
idealisme sering menyebutnya dengan ide atau gagasan. Seorang realisme tidak
menyetujui pandangan tersebut. Kaum realisme berpendapat bahwa yang ada itu
adalah yang nyata, riil, empiris, bisa dipegang, bisa diamati dan lain-lain.
Dengan kata lain sesuatu yang nyata adalah sesuatu yang bisa diindrakan (bisa
diterima oleh panca indra).
Dalam konteks pendidikan, paham
ini mencita-citakan pemikiran atau ide tertinggi. Secara kelembagaan
institusional, maka pendidikan akan didominasi oleh fakultas atau jurusan
filsafat dan pemikiran pendidikan. Di ranah pendidikan dasar, akan didominasi
oleh konsep-konsep dan pengertian-pengertian secara devinitif tentang segala
sesuatu. Tetapi, menurut psikologi perkembangan peserta didik terdapat
tahap-tahap perkembangan pemikiran siswa.
Metode yang digunakan oleh aliran
idealisme adalah metode dialektik, syarat dengan pemikiran, perenungan, dialog,
dan lain-lain. Kurikulum yang digunakan dalam aliran idealisme adalah
pengembangan kemampuan berpikir, dan penyiapan keterampilan bekerja melalui
pendidikan praktis.
Evaluasi yang digunakan dalam
aliran idealisme adalah dengan evaluasi esay. Dimana evaluasi esay ini sangat
efektif dalam proses belajar mengajar dan dalam meningkatkan keterampilan
peserta didik dalam mengerjakan soal.
Idealisme merupakan suatu aliran
yang mengedepankan akal pikiran manusia. Sehingga sesuatu itu bisa terwujud
atas dasar pemikiran manusia. Dalam pendidikan, idealisme merupakan suatu
aliran yang berkontribusi besar demi kemajuan pendidikan. Hal tersebut bisa
dilihat pada metode dan kurikulum yang digunakan. Idealisme mengembangkan
pemikiran peserta didik sehingga menjadikan peserta didik mampu menggunakan
akal pikiran atau idenya dengan baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam makalah ini, penulis akan mencoba
menguraikan lagi tentang hal-hal yang berkaitan dengan aliran filsafat
idealisme.
Berdasarkan problematika di atas,
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1) Apa paradigma idealisme dalam menentukan
kebenaran dan apa ide tertinggi itu?
2) Bagaimana implikasi idealisme dalam
pendidikan, khususnya jika ditinjau dari tujuan, kurikulum, metode dan
evaluasi?
Berdasarkan rumusan masalah yang
telah diuraikan sebelumnya, maka makalah ini ditulis dengan tujuan untuk
mengetahui paradigma berfikir aliran filsafat idealisme dalam menentukan
kebenaran dan maksud dari ide tertinggi tersebut. Selanjutnya untuk mengetahui
implikasi idealisme terhadap pendidikan, jika ditinjau dari tujuan pendidikan,
kurikulum, metode pembelajaran dan evaluasi pendidikan secara umum.
PEMBAHASAN
1. Hakekat Aliran Idealisme
A. Latar Belakang (Sejarah)
Aliran Idealisme
Aliran ini merupakan aliran yang
sangat penting dalam perkembangan sejarah pemikiran manusia. Mula-mula dalam
filsafat barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato. Plato
menyatakan bahwa alam cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya.
Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanya berupa bayangan saja dari alam
ide.
Aristoteles memberikan sifat
kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide sebagai suatu tenaga
yang berada dalam benda-benda dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu.
Sebenarnya dapat dikatakan bahwa paham idealisme sepanjang masa tidak pernah
hilang sama sekali. Di masa abad pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang
disepakati oleh semua ahli pikir adalah dasar idealisme ini.
Pada jaman Aufklarung para
filosof yang mengakui aliran serba dua (dualisme) seperti Descartes dan Spinoza
yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian dan kebendaan, maupun keduanya
mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting daripada kebendaan. Selain itu,
segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan kepada penganut idealisme yang
paling setia sepanjang masa, walaupun mereka tidak memiliki dalil-dalil
filsafat yang mendalam. Puncak jaman idealisme pada masa abad ke-18 dan 19
ketika periode idealisme.
Secara historis, idealisme
diformulasikan dengan jelas pada abad IV sebelum masehi oleh Plato (427-347
SM). Semasa Plato hidup kota Athena adalah kota yang berada dalam kondisi
transisi (peralihan). Peperangan bangsa Persia telah mendorong Athena memasuki
era baru. Seiring dengan adanya peperangan-peperangan tersebut, perdagangan dan
perniagaan tumbuh subur dan orang-orang asing tinggal diberbagai penginapan
Athena dalam jumlah besar untuk meraih keuntungan mendapatkan kekayaan yang
melimpah. Dengan adanya hal itu, muncul berbagai gagasan-gagasan baru ke dalam
lini budaya bangsa Athena. Gagasan-gagasan baru tersebut dapat mengarahkan
warga Athena untuk mengkritisi pengetahuan & nilai-nilai tradisional. Saat
itu pula muncul kelompok baru dari kalangan pengajar (para Shopis. Ajarannya
memfokuskan pada individualisme, karena mereka berupaya menyiapkan warga untuk
menghadapi peluang baru terbentuknya masyarakat niaga. Penekanannya terletak
pada individualisme, hal itu disebabkan karena adanya pergeseran dari budaya
komunal masa lalu menuju relativisme dalam bidang kepercayaan dan nilai.
Aliran filsafat Plato dapat
dilihat sebagai suatu reaksi terhadap kondisi perubahan terus-menerus yang
telah meruntuhkan budaya Athena lama. Ia merumuskan kebenaran sebagai sesuatu
yang sempurna dan abadi (eternal). Dan sudah terbukti, bahwa dunia eksistensi
keseharian senantiasa mengalami perubahan. Dengan demikian, kebenaran tidak
bisa ditemukan dalam dunia materi yang tidak sempurna dan berubah. Plato
percaya bahwa disana terdapat kebenaran yang universal dan dapat disetujui oleh
semua orang. Contohnya dapat ditemukan pada matematika, bahwa 5 + 7 = 12 adalah
selalu benar (merupakan kebenaran apriori), contoh tersebut sekarang benar, dan
bahkan di waktu yang akan datang pasti akan tetap benar.
Idealisme dengan
penekanannya pada kebenaran yang tidak
berubah, berpengaruh pada pemikiran kefilsafatan. Selain itu, idealisme
ditumbuh kembangkan dalam dunia pemikiran modern. Tokoh-tokohnya antara lain:
Rene Descartes (1596-1650), George Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant
(1724-1804) dan George W. F. Hegel (1770-1831). Seorang idealis dalam pemikiran
pendidikan yang paling berpengaruh di Amerika adalah William T. Harris
(1835-1909) yang menggagas Journal of Speculative Philosophy. Ada dua penganut
idealis abad XX yang telah berjuang menerapkan idealisme dalam bidang
pendidikan modern, antara lain: J. Donald Butler dan Herman H. Horne. Sepanjang
sejarah, idealisme juga terkait dengan agama, karena keduanya sama-sama
memfokuskan pada aspek spiritual dan keduniawian lain dari realitas.
Tokoh-tokoh Idealisme :
1). Plato (477 -347 Sb.M)
Menurut Plato, kebaikan merupakan
hakikat tertinggi dalam mencari kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi
manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah mengetahui
ide, manusia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakannya
sebagai alat untuk mengukur, mengklarifikasikan dan menilai segala sesuatu yang
dialami sehari-hari.
2). Immanuel Kant (1724 -1804)
Ia menyebut filsafatnya idealis
transendental atau idealis kritis dimana paham ini menyatakan bahwa isi
pengalaman langsung yang kita peroleh tidak dianggap sebagai miliknya sendiri
melainkan ruang dan waktu adalah forum intuisi kita. Dapat disimpulkan bahwa
filsafat idealis transendental menitik beratkan pada pemahaman tentang sesuatu
itu datang dari akal murni dan yang tidak bergantung pada sebuah pengalaman.
3). Pascal (1623-1662)
Kesimpulan dari pemikiran
filsafat Pascal antara lain :
a) Pengetahuan diperoleh melalaui dua jalan,
pertama menggunakan akal dan kedua menggunakan hati.
b) Manusia besar karena pikirannya, namun ada
hal yang tidak mampu dijangkau oleh pikiran manusia yaitu pikiran manusia itu
sendiri. Menurut Pascal manusia adalah makhluk yang rumit dan kaya akan variasi
serta mudah berubah. Untuk itu matematika, pikiran dan logika tidak akan mampu
dijadikan alat untuk memahami manusia. Menurutnya alat-alat tersebut hanya
mampu digunakan untuk memahami hal-hal yang bersifat bebas kontradiksi, yaitu
yang bersifat konsisten. Karena ketidak mampuan filsafat dan ilmu-ilmu lain untuk
memahami manusia, maka satu-satunya jalan memahami manusia adalah dengan agama.
Karena dengan agama, manusia akan lebih mampu menjangkau pikirannya sendiri,
yaitu dengan berusaha mencari kebenaran, walaupun bersifat abstrak.
c) Filsafat bisa melakukan apa saja, namun
hasilnya tidak akan pernah sempurna. Kesempurnaan itu terletak pada iman.
Filsafat bisa menjangkau segala hal, tetapi tidak bisa secara sempurna. Karena
setiap ilmu itu pasti ada kekurangannya, tidak terkecuali filsafat.
4). J. G. Fichte (1762-1914 M.)
Ia adalah seorang filsuf jerman.
Ia belajar teologi di Jena (1780-1788 M). Pada tahun 1810-1812 M, ia menjadi
rektor Universitas Berlin. Filsafatnya
disebut “Wissenschaftslehre” (ajaran ilmu pengetahuan). Secara sederhana
pemikiran Fichte: manusia memandang objek benda-benda dengan inderanya. Dalam
mengindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka
berjalanlah proses intelektualnya untuk membentuk dan mengabstraksikan objek
itu menjadi pengertian seperti yang dipikirkannya.
5). F. W. S. Schelling (1775-1854 M.)
Schelling telah matang menjadi
seorang filsuf disaat dia masih amat muda. Pada tahun 1798 M, dalam usia 23
tahun, ia telah menjadi guru besar di Universitas Jena. Dia adalah filsuf
Idealis Jerman yang telah meletakkan dasar-dasar pemikiran bagi perkembangan
idealisme Hegel.
Inti dari filsafat Schelling:
yang mutlak atau rasio mutlak adalah sebagai identitas murni atau indiferensi,
dalam arti tidak mengenal perbedaan antara yang subyektif dengan yang obyektif.
Yang mutlak menjelmakan diri dalam 2 potensi yaitu yang nyata (alam sebagai
objek) dan ideal (gambaran alam yang subyektif dari subyek). Yang mutlak
sebagai identitas mutlak menjadi sumber roh (subyek) dan alam (obyek) yang
subyektif dan obyektif, yang sadar dan tidak sadar. Tetapi yang mutlak itu
sendiri bukanlah roh dan bukan pula alam, bukan yang obyektif dan bukan pula
yang subyektif, sebab yang mutlak adalah identitas mutlak atau indiferensi
mutlak.
Maksud dari filsafat Schelling
adalah, yang pasti dan bisa diterima akal adalah sebagai identitas murni atau
indiferensi, yaitu antara yang subjektif dan objektif sama atau tidak ada
perbedaan. Alam sebagai objek dan jiwa (roh atau ide) sebagai subjek, keduanya
saling berkaitan. Dengan demikian yang mutlak itu tidak bisa dikatakan hanya
alam saja atau jiwa saja, melainkan antara keduanya.
6). G. W. F. Hegel (1770-1031 M.)
Ia belajar teologi di Universitas
Tubingen dan pada tahun 1791 memperoleh gelar Doktor. Inti dari filsafat Hegel
adalah konsep Geists (roh atau spirit), suatu istilah yang diilhami oleh
agamanya. Ia berusaha menghubungkan yang mutlak dengan yang tidak mutlak. Yang
mutlak itu roh atau jiwa, menjelma pada alam dan dengan demikian sadarlah ia
akan dirinya. Roh itu dalam intinya ide (berpikir).
B. Esensi Aliran Idealisme
Idealisme termasuk aliran
filsafat pada abad modern. Idealisme berasal dari bahasa Inggris yaitu Idealism
dan kadang juga dipakai istilahnya mentalism atau imaterialisme. Istilah ini
pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibnez pada mula awal abad ke-18.
Leibniz memakai dan menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, secara
bertolak belakang dengan materialisme Epikuros. Idealisme ini merupakan kunci
masuk hakekat realitas.
Idealisme diambil dari kata ide
yakni sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme dapat diartikan sebagai suatu
paham atau aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat
dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Menurut paham ini, objek-objek
fisik tidak dapat dipahami terlepas dari spirit.
Ada pendapat lain yang
mengatakan, idealisme berasal dari bahasa latin idea, yaitu gagasan, ide.
Sesuai asal katanya menekankan gagasan, ide, isi pikiran, dan buah mental.
Terdapat aliran filsafat yang beranggapan, yang ada yang sesungguhnya adalah
yang ada dalam budi, yang hadir dalam mental. Karena hanya yang berbeda
secara demikian yang sempurna, utuh,
tetap, tidak berubah dan jelas. Itu semua adalah idealisme.
William E. Hocking, seorang
penganut idealisme modern, mengungkapkan bahwa, sebutan ”ide-isme” kiranya
lebih baik dibandingkan dengan idealisme. Hal itu benar, karena idealisme lebih
berkaitan dengan konsep-konsep “abadi” (ideas), seperti kebenaran, keindahan,
& kemuliaan daripada berkaitan dengan usaha serius dengan orientasi
keunggulan yang bisa dimaksudkan ketika kita berucap, “Dia sangat idealistik”.
Idealisme mempunyai pendirian
bahwa kenyataan itu terdiri dari atau tersusun atas substansi sebagaimana
gagasan-gagasan atau ide-ide. Alam fisik ini tergantung dari jiwa universal
atau Tuhan, yang berarti pula bahwa alam adalah ekspresi dari jiwa tersebut.
Inti dari Idealisme adalah suatu
penekanan pada realitas ide-gagasan, pemikiran, akal-pikir atau kedirian
daripada sebagai suatu penekanan pada objek-objek & daya-daya material.
Idealisme menekankan akal pikir (mind) sebagai hal dasar atau lebih dulu ada
bagi materi, & bahkan menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu yang
nyata, sedangkan materi adalah akibat yang ditimbulkan oleh akal-pikir atau
jiwa (mind). Hal itu sangat berlawanan dengan materialisme yang berpendapat
bahwa materi adalah nyata ada, sedangkan
akal-pikir (mind) adalah sebuah fenomena pengiring.
Konsep filsafat menurut aliran
idealisme adalah :
a) metafisika-idealisme: secara absolut
kenyataan yang sebenarnya adalah spiritual dan rohaniah, sedangkan secara
kritis yaitu adanya kenyataan yang bersifat fisik dan rohaniah, tetapi
kenyataan rohaniah yang lebih berperan.
b) humanologi-idealisme: jiwa dikaruniai
kemampuan berpikir yang dapat menyebabkan adanya kemampuan memilih.
c) epistimologi-idealisme: pengetahuan yang
benar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali melalui berpikir.
Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai akal
pikiran yang cemerlang.
d) aksiologi-idealisme: kehidupan manusia
diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang diturunkan dari pendapat tentang
kenyataan atau metafisika.
Demikian kemanusiaan merupakan
bagian dari ide mutlak, Tuhan sendiri. Idea yang berpikir sebenarnya adalah gerak
yang menimbulkan gerak lain. Gerak ini menimbulkan tesis yang dengan sendirinya
menimbulkan gerak yang bertentangan, anti tesis. Adanya tesis dan anti tesisnya
itu menimbulkan sintesis dan ini merupakan tesis baru yang dengan sendirinya
menimbulkan anti tesisnya dan munculnya sintesis baru pula.
Demikian proses roh atau ide yang disebut
Hegel dialektika. Proses itulah yang menjadi keterangan untuk segala kejadian.
Proses itu berlaku menurut hukum akal. Jadi semua yang riil bersifat rasional
dan semua yang rasional bersifat riil. Maksudnya luasnya rasio sama dengan
luasnya realitas, sedangkan realitas menurut Hegel adalah proses pemikiran
(ide).
Prinsip-prisip Idealisme :
a) Menurut idealisme bahwa realitas tersusun
atas substansi sebagaimana gagasan-gagasan atau ide (spirit). Menurut penganut
idealisme, dunia beserta bagian-bagianya harus dipandang sebagai suatu sistem
yang masing-masing unsurnya saling berhubungan. Dunia adalah suatu totalitas,
suatu kesatuan yang logis dan bersifat spiritual.
b) Realitas atau kenyataan yang tampak di
alam ini bukanlah kebenaran yang hakiki, melainkan hanya gambaran atau dari
ide-ide yang ada dalam jiwa manusia.
c) Idealisme berpendapat bahwa manusia
menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dari pada materi bagi
kehidupan manusia. Roh pada dasarnya dianggap sebagai suatu hakikat yang
sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau
sukma. Demikian pula terhadap alam adalah ekspresi dari jiwa.
d) Idealisme berorientasi kepada ide-ide yang
theo sentris (berpusat kepada Tuhan), kepada jiwa, spiritualitas, hal-hal yang
ideal (serba cita) dan kepada norma-norma yang mengandung kebenaran mutlak.
Oleh karena nilai-nilai idealisme bercorak spiritual, maka kebanyaakan kaum
idealisme mempercayai adanya Tuhan sebagai ide tertinggi atau Prima Causa dari
kejadian alam semesta ini.
C. Idealisme Dalam Pendidikan
Aliran idealisme terbukti cukup
banyak berpengaruh dalam dunia
pendidikan. William T. Harris adalah salah satu tokoh aliran pendidikan
idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat. Idealisme terpusat
tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan oposisi
secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga
untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak
sekedar kebutuhan alam semata.
Pendidikan idealisme untuk individual
antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan
yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis, dan pada akhirnya diharapkan
mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan
pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan antar
manusia. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara
tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam
kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.
Guru dalam sistem pengajaran
menurut aliran idealisme berfungsi sebagai:
1) Guru adalah personifikasi dari kenyataan
anak didik. Artinya, guru merupakan wahana atau fasilitator yang akan
mengantarkan anak didik dalam mengenal dunianya lewat materi-materi dalam
aktifitas pembelajaran.
2) Guru harus seorang spesialis dalam suatu
ilmu pengetahuan dari siswa. Artinya, seorang guru itu harus mempunyai
pengetahuan yang lebih dari pada anak didik.
3) Guru haruslah menguasai teknik mengajar
secara baik. Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi pedagogik yaitu
kemampuan untuk mengembangkan suatu model pembelajaran, baik dari segi materi
dan yang lainnya.
4) Guru haruslah menjadi pribadi yang baik,
sehingga disegani oleh murid. Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi
kepribadian yaitu karakter dan kewibawaan yang berbeda dengan guru yang lain.
5) Guru
menjadi teman dari para muridnya. Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi
sosial yaitu kemampuan dalam hal berinteraksi dengan anak didik.
Kurikulum yang digunakan dalam
pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang
objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook.
Agar pengetahuan dan pengalamannya aktual. Sedangkan implikasi Aliran Idealisme
dalam Pendidikan yaitu :
1) Tujuan, untuk membentuk karakter,
mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
2) Kurikulum, pendidikan liberal untuk
pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan.
3) Metode, diutamakan metode dialektika
(saling mengaitkan ilmu yang satu dengan yang lain), tetapi metode lain yang
efektif dapat dimanfaatkan.
4) Peserta didik bebas untuk mengembangkan
kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya.
5) Pendidik bertanggungjawab dalam
menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama dengan alam.
Implementasi Idealisme dalam
Pendidikan:
1) Pendidikan bukan hanya mengembangkan dan
menumbuhkan, tetapi juga harus menuju pada tujuan yaitu dimana nilai telah
direalisasikan ke dalam bentuk yang kekal dan tak terbatas.
2) Pendidikan adalah proses melatih pikiran,
ingatan, perasaan. Baik untuk memahami realita, nilai-nilai, kebenaran, maupun
sebagai warisan sosial.
3) Tujuan pendidikan adalah menjaga
keunggulan kultural, sosial dan spiritual. Memperkenalkan suatu spirit
intelektual guna membangun masyarakat yang ideal.
4) Pendidikan idealisme berusaha agar
seseorang dapat mencapai nilai-nilai dan ide-ide yang diperlukan oleh semua
manusia secara bersama-sama.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan penulis di
atas, dapat disimpulkan bahwa Idealisme merupakan salah satu aliran filsafat
yang mempunyai paham bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya
dengan jiwa dan roh. Tokoh –tokoh dalam idealisme diantaranya yaitu: Rene
Descartes (1596-1650), George Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant (1724-1804),
F. W. S. Schelling (1775-1854), dan George W. F. Hegel (1770-1831). Seorang
idealis dalam pemikiran pendidikan yang paling berpengaruh di Amerika adalah
William T. Haris yang menggagas journal of speculative philosophy.
Implikasi filsafat idealisme
dalam pendidikan adalah sebagai tujuan untuk membentuk karakter, mengembangkan
bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial. Kurikulum, pendidikan
liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis untuk memperoleh
pekerjaan. Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang
satu dengan yang lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan
dasarnya. Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan
melalui kerja sama dengan alam.
Daftar Pustaka
Barnadib, Imam. (1988). Filsafat Pendidikan.
Yogyakarta: IKIP.
Ihsan , A. Fuad. (2010). Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta.
Knight, George R. (2007).
Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Gama Media.
Laili. (2012). Idealisme
(http://laili-masruroh.blogspot.com/2012/12/filsafat-pendidikan-aliran-idealisme.html
diunduh pada tanggal 14 Desember 2013)
Tafsir, Ahmad. (2000). Filsafat
Umum. Bandung: Rosdakarya.
Langganan:
Postingan (Atom)